Buku yang Nggak Bosen Aku Baca Berulang Kali - Review "The Things You Can See Only When You Slow Down"
Buku "The Things You Can See Only When You Slow Down" adalah salah satu buku yang punya kesan tersendiri buat aku. Buku non-fiksi yang ringan, hangat dan ngga membosankan buat dibaca lagi dan lagi.
⭐⭐⭐⭐⭐
Judul : The Things You Can See Only When You Slow Down (Cara untuk Tetap Tenang dan Berkesadaran di Tengah Dunia yang Serba Cepat)
Penulis : Haemin Sunim
Genre : Non-Fiksi Self Improvement
Tahun Terbit : 2020 (cetakan pertama)
ISBN : 978-602-481-365-9
Jumlah Halaman : 265 halaman
Bahasa : Terjemahan Indonesia
“Apakah memang dunia yang terlalu sibuk, atau malah batin saya?” Haemin Sunim, (p.9)
Ini adalah review buku yang bisa dibilang sangat terlambat. Karena sebetulnya aku membeli buku ini dua tahun yang lalu, tepatnya Mei 2022, dan menyelesaikan membaca di tahun yang sama. Tapi nggak papa deh, sesuai juga sama buku ini yang mengajarkan kita untuk ngga terburu-buru dalam segala sesuatunya, hehe.
Biasanya, aku membeli buku sesuai dengan kebutuhan permasalahan hidup yang sedang aku alami. Kebetulan saat itu, aku sedang di fase penat dengan aktivitas yang aku jalani, yaitu mendekati semester akhir kuliah sambil menjalankan bisnis, belum lagi organisasi, dan saat itu memasuki masa-masa kuliah praktik lapangan.
Aku menyibukkan diri dengan berbagai hal. Rasanya kalau ngga produktif tuh merasa bersalah banget. Apalagi ngeliat temen-temen yang lain keliatan udah mencapai karir impian mereka, finansial yang stabil, berumah tangga, dan pencapaian lain yang membuat aku merasa harus terus bergerak mengejar mereka.
Sampailah aku dititik "Buat apa sih aku ngerjain ini semua?", "Apa aku harus buru-buru buat mencapai semuanya?" Kesibukan yang aku jalani rasanya nggak bermakna. Aku malah jadi mengabaikan hal-hal lain seperti kesehatan, istirahat, waktu untuk orang-orang tersayang, dan yang paling penting koneksi dengan diri sendiri.
Aku merasa sangat membutuhkan buku yang bisa memberi insight bagi aku untuk mencapai ketenangan menghadapi hidup yang seakan menuntutku untuk terus bergerak dan berproduktivitas tanpa henti.
Munculah buku ini sebagai rekomendasi dari banyak book reviewer termasuk Maudy Ayunda! Buku ini memang populer di negara asal penulisnya, Korea Selatan, dan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Buku ini sering dikaitkan dengan konsep Slow Living dan Mindfulness, yang kebetulan juga aku berminat untuk menguliknya.
Baca Juga : 5 Manfaat Slow Living Bikin Lebih Tenang
Sekilas Tentang Buku "The Things You Can See Only When You Slow Down"
Di tengah kehidupan yang serba cepat, Haemin Sunim, seorang guru meditasi Zen, mengajak kita untuk berhenti sejenak dan menemukan ketenangan dengan melambat. Buku ini berisi pesan-pesan singkat dan reflektif, sangat relevan dengan berbagai keresahan umum yang kita alami dalam kehidupan modern. Dengan pendekatan yang sederhana—seperti memberi diri waktu untuk istirahat dan membangun hubungan yang lebih baik dengan sesama—buku ini menawarkan panduan untuk menemukan keseimbangan hidup dan kedamaian batin di tengah tuntutan dunia.
Buku ini terdiri dari delapan bab. Masing-masing bab diawali dengan esai singkat dan diakhiri dengan kutipan bijak yang membuat kita banyak berefleksi dan menenangkan.
Bab 1: Istirahat – Mengingatkan pentingnya memberi diri kita waktu untuk beristirahat agar dapat mengisi ulang energi. Pesan menyentil di bab ini menekankan bahwa nggak ada yang lebih berharga daripada memberi diri waktu untuk berhenti sejenak.
Bab 2: Kebersadaran – Mengajarkan bagaimana kita bisa hadir sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan. Dalam bab ini, Sunim mengingatkan kita bahwa kita seringkali melewatkan keindahan di sekitar kita hanya karena kita terburu-buru dan terlalu sibuk.
Bab 3: Gairah – Mendorong kita untuk menemukan dan mengejar gairah sejati yang ada dalam diri kita. Ia menantang kita untuk mempertanyakan apakah kita benar-benar melakukan apa yang kita cintai atau hanya mengikuti rutinitas.
Bab 4: Hubungan – Menekankankan akan nilai dari hubungan yang bermakna dan bagaimana hal itu dapat memperkaya kehidupan kita. "Hubungan yang baik bukanlah tentang berapa banyak waktu yang kita habiskan bersama, tetapi tentang kualitas momen yang kita ciptakan."
Bab 5: Cinta – Menggali berbagai bentuk cinta yang membentuk kita sebagai individu. Sunim menekankan bahwa cinta bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang tindakan nyata yang menunjukkan kepedulian kita terhadap orang lain.
Bab 6: Kehidupan – Merenungkan makna hidup dan bagaimana setiap pengalaman berkontribusi pada pertumbuhan kita. Di bab ini, kita diingatkan bahwa hidup nggak selalu harus sempurna untuk menjadi berarti.
Bab 7: Masa Depan – Mengingatkan kita untuk nggak terlalu terjebak dalam kekhawatiran tentang masa depan. "Masa depan akan datang, terlepas dari seberapa banyak kita mengkhawatirkannya."
Bab 8: Spiritualitas – Menghadirkan pemahaman tentang hubungan kita dengan diri sendiri dan dunia di sekitar kita. Di bab ini, Sunim menekankan pentingnya menemukan kedamaian di dalam diri sebelum mencarinya di luar.
Kesanku Setelah Membaca Buku "The Things You Can See Only When You Slow Down"
Nggak heran kalau buku ini populer di berbagai negara. Penulisnya begitu piawai mengemas buku non-fiksi ini, bikin aku pengin baca berulang kali—terutama untuk menemani saat sedang merasa stres, sedih, atau tertekan oleh pekerjaan dan masalah hubungan.
Setiap kali membuka halaman demi halaman, rasanya seperti ada suara yang menasihati dan mengingatkan kita untuk tetap tenang di tengah kekacauan. Pesan-pesan bijak dari Haemin Sunim terasa menenangkan dan menguatkan.
Nggak seperti buku non-fiksi lain yang kadang terasa kaku atau berat dipahami, "The Things You Can See Only When You Slow Down" hadir dengan bahasa yang ringan dan hangat. Haemin Sunim menyampaikannya dengan bahasa yang sederhana dan mudah dicerna, jadi pesan-pesannya terasa dekat dan mengena.
Selain menenangkan, banyak juga pesan-pesan yang cukup menampar. Misalnya, aku seringkali mengeluh tentang pekerjaan yang rasanya menumpuk, dan atasan yang menyebalkan memberi perintah yang menurutku nggak sesuai.
"Atasan menyuruh kita mengerjakan sesuatu yang tidak berhubungan dengan pekerjaan kita. Alih-alih merasa jengkel, lakukan apa yang diminta dan lupakan. Jangan membuat sesuatu yang sepele menjadi sumber penderitaan dengan menghabiskan waktu dan tenaga untuk memikirkannya tanpa henti" (p.51)
Buat kamu yang mungkin merasa kalau buku nonfiksi itu membosankan atau sulit dipahami, tenang aja, buku ini nyaman banget untuk dibaca. Terjemahannya pun mengalir, nggak terasa aneh atau kaku, jadi bisa menikmati saat membacanya. Apalagi buku ini ngga cuma dipenuhi tulisan, tapi juga diselingi dengan illustrasi gambar.
Meskipun penyampaiannya ringan, tetapi buku ini bukan tipe yang cocok untuk dibaca sekali duduk; lebih baik dibaca perlahan, sesuai saran penulisnya. Dengan membaca perlahan, kita punya kesempatan untuk merenungkan tiap pesan sebelum melanjutkan ke bab berikutnya. Cara ini bikin kita lebih bisa menikmati isi buku dan menemukan makna yang lebih dalam, terutama di saat-saat kita lagi sedih, bingung, atau khawatir.
Meski bukan buku nonfiksi terbaik yang pernah aku baca, buku ini tetap jadi salah satu favoritku. Terlepas dari banyak hal yang aku suka, ada beberapa kekurangan menurutku. Misalnya, beberapa nasihat di dalamnya terasa seperti kebijaksanaan umum yang mungkin udah sering kita dengar.
Selain itu, karena Haemin Sunim ini punya latar belakang sebagai biksu, jadi ada cukup banyak kutipan dari ajaran Buddha di buku ini. Di bab terakhir tentang spiritualitas, dia juga banyak mengutip ayat-ayat Alkitab. Sebagai seorang Muslim, aku merasa agak kurang nyaman di bagian ini. Tapi ya, ambil yang baik-baiknya aja, dan bagian yang nggak sesuai bisa dilewati. Toh, nggak semua nasihat harus kita telan mentah-mentah; yang penting bisa disesuaikan sama nilai-nilai kita sendiri.
Pelajaran yang Aku Dapat dan Kutipan Favorit
Dari buku ini, aku belajar banyak hal terutama tentang memberi diri kita waktu untuk melambat bukanlah hal yang sia-sia. Kita nggak perlu terburu-buru mengejar segalanya. Kadang, melambat justru membuat kita lebih bijaksana dalam menghadapi setiap tantangan hidup. Banyak pesan menyentil yang aku ambil, seperti bahwa kita harus belajar untuk nggak merasa bersalah ketika memilih untuk beristirahat, karena istirahat adalah bagian dari produktivitas.
“Ketika batin kita beristirahat, dunia juga ikut beristirahat.” (p.13)
"Orang-orang menanggapi situasi yang sama dengan cara yang berbeda. Jika kita mau melihat lebih dekat, maka kita akan paham bahwa yang mengusik kita bukanlah keadaan dunia, melainkan cara pandang kita." (p. 15)
"Di atas secarik kerta, tuliskan semua hal yang membuat kita stress. Buatlah daftar semua hal yang harus kita lakukan, termasuk hal-hal remeh-temeh—menyiram tanaman, membalas surel. Stress kita sekarang disimpan dalam secarik kertas, jauh dari batin kita. Karenanya, beristirahatlah malam ini. Ingatkan diri kita untuk melakukan semua hal-hal yang ada di daftar besok, satu demi satu, di muai dari yang paling mudah." (p. 28)
"Emosi negatif itu sementara, sesuatu yang akan berubah tanpa perlu ada usaha yang keras" (p.43)
"Jangan melawan emosi negatif kita, amati dan bertemanlah dengannya" (p. 45)
"Jangan mencoba mengatur orang-orang disekitar kita. Ketika kita tidak bisa mengatur batin kita sendiri, apa yang membuat kita yakin bisa mengatur orang lain?" (p. 52)
"Jika kita sungguh ingin menemukan pencerahan, kita bahkan bisa belajar dari anak kecil, atau dari orang-orang yang menghina kita di pinggir jalan. Seisi dunia bisa menjadi guru kita." (p. 54)
Kesimpulan
"The Things You Can See Only When You Slow Down" sangat cocok untuk siapa pun yang sering merasa terjebak dalam rutinitas yang sibuk dan terburu-buru. Buku ini mengajak kita untuk sejenak berhenti dari kesibukan dan mulai menikmati momen-momen kecil yang sering terlewatkan dalam hidup. Cocok juga untuk menemani saat kita merasa stres, frustrasi, atau sedih, memberi kita kesempatan untuk merenung dan melihat kehidupan dari sudut pandang yang lebih tenang. Selain itu, buku ini mengajarkan bahwa berkesadaran atau mindfulness adalah kunci untuk menemukan kedamaian. Dengan meluangkan waktu untuk merenung, kita dapat lebih menghargai setiap momen yang kita jalani.
Tidak ada komentar: