6 Petuah Stoik untuk Menghadapi Kegagalan




Setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan, termasuk kamu, bukan? Kegagalan seringkali jadi momen sulit yang bikin kita down. 



Namun, di balik kegagalan tetap ada sisi lain yang patut kita pelajari.



Filsafat kuno, Stoikisme punya cara pandang bijak tentang menyikapi kegagalan. Melalui nasihat-nasihat bijak dan menenangkan dari para filsuf Stoik seperti Marcus Aurelius, Seneca, dan Epictetus, kita akan kupas bagaimana perspektif ini bisa membantu mu menghadapi kegagalan dengan lebih tangguh.



Ini bukan cuma tentang jatuh dan bangkit lagi, tapi juga bagaimana kita bisa belajar dari momen-momen kegagalan itu. 



Baca Juga : Stoikisme Sebuah Filsafat untuk Hidup Lebih Bahagia dan Tenang







1. Amor Fati : Menerima Apa Adanya


"Janganlah menuntut agar segala sesuatu terjadi seperti yang kamu inginkan terjadi, tetapi berharaplah agar apa pun terjadi sebagaimana mestinya, maka hidupmu akan baik adanya." -Epictetus



Konsep "Amor Fati" (mencintai nasib) dalam Stoikisme, mengajarkan kita untuk merangkul segala situasi yang terjadi dalam hidup kita, termasuk kegagalan. 



Saat sesuatu tidak berjalan sesuai harapanmu, kamu perlu rendah hati menerima bahwa ada hal-hal yang terjadi di luar kendali mu, dan itu adalah bagian dari takdir yang harus diterima. 



Semua yang kita upayakan dengan sebaik-baiknya, dengan persiapan yang matang, hasil akhirnya tetap terletak pada yang Maha Kuasa. 



Nasihat Epictetus di atas, menegaskan agar kamu dapat melepaskan kendali atas hasil dan memfokuskan pada penerimaan atas keadaan yang ada. Mengharapkan segala sesuatu berjalan sesuai keinginan kita sangatlah tidak realistis. Sebaiknya, kamu fokus menerima kegagalan itu dan beradaptasi dengan cara mencari solusi lain untuk mengatasi kegagalan tersebut. 


Jangan melawan apa pun yang sudah digariskan untukmu, terima lah dengan suka cita.





2. Jangan Hanya Mengharapkan Keberuntungan Saja


"Musibah terasa paling berat bagi mereka yang hanya mengharapkan keberuntungan." - Seneca (On The Tranquality of Mind)


Memang sesuatu yang mudah dan menyenangkan saat kita membayangkan pencapaian, prestasi, dan keberuntungan. Namun jarang sekali dari kita yang coba membayangkan kebalikannya. 



Seneca menasihati kita, bahwa saat kita hanya mengharapkan keberuntungan, maka musibah yang menimpa akan terasa sangat berat. Kegagalan paling berat dirasakan oleh mereka yang hanya mengharapkan keberhasilan. Ini mengacu pada harapan yang berlebihan terhadap hasil yang baik tanpa mempersiapkan diri untuk menerima kemungkinan hasil yang berbeda. 



Pandangan ini mengajarkan bahwa saat kamu terlalu berfokus pada kesuksesan tanpa mempertimbangkan kemungkinan tentang kegagalan akan membuatmu kecewa lebih besar saat hal itu benar-benar terjadi.



Mulai sekarang, jangan hanya memikirkan hasil akhir yang baik, pikirkan juga kemungkinkan bahwa kamu bisa saja gagal. Dengan begitu akan mempersiapkan mental mu sedari awal dan kamu tidak terkejut saat kegagalan ternyata benar-benar terjadi nantinya. 




3. Jagalah Penilaianmu dan Pilihlah Responsmu


"Bila kamu merasa tertekan oleh hal eksternal, bukanlah hal tersebut yang membuatmu terganggu, melainkan penilaianmu tentangnya. Dan kamu bisa mengubah semua itu kapanpun"- Marcus Aurelius (Meditations)


Marcus Aurelius mengingatkan bahwa bukan kegagalan itu sendiri yang menciptakan stres, melainkan cara kita menilai dan meresponnya. 



Kita memiliki kendali penuh atas penilaian dan respons kita terhadap suatu kejadian. 



Cara kamu merespons kegagalan itu jauh lebih penting  daripada kegagalan itu sendiri. Meskipun mungkin kamu mengalami kegagalan, kamu tetap punya kendali penuh atas pikiranmu sendiri dan bagaimana kamu memilih untuk meresponsnya. 



Kamu bisa saja memilih merespons kegagalan dengan cara menyerah atau memilih menjadikannya sebagai kesempatanmu untuk berkembang. Pilihan ada di tanganmu sendiri. Bagaimana pun, kamu punya kendali penuh tentang bagaimana kamu menyikapi setiap situasi, termasuk kegagalan.




4. Mengurangi Ketakutan dan Harapan Berlebihan



"Hecato berkata, 'berhentilah berharap dan kamu akan berhenti takut.' Penyebab utama kedua gangguan itu adalah bukannya mengadaptasi diri terhadap situasi yang ada, kita malah melontarkan pikiran kita terlalu jauh ke depan." -Seneca (Moral Letters)



Kegagalan sering mengecewakan kamu? Mungkin karena kamu menaruh harapan yang terlalu besar. Atau kamu pernah merasa terhambat saat akan memulai sesuatu karena takut gagal?



Seneca menggaris bawahi bahwa harapan yang terlalu besar atau terlalu memikirkan masa depan adalah sumber dari kekecewaan dan rasa takut terhadap hal-hal yang belum terjadi. 



Untuk menghadapinya, kamu perlu menyeimbangkan harapan dengan realitas yang ada. Stoikisme mendorong kita untuk hidup dalam 'momen saat ini', menerima bahwa hasil yang terjadi mungkin berbeda dari yang kamu harapkan.



Penting bagi kamu untuk mengurangi harapan yang berlebihan terhadap sesuatu yang kamu inginkan. Lebih baik fokuskan energimu pada upaya nyata yang bisa dilakukan dalam situasi saat ini. Ini berarti lebih memfokuskan diri pada apa yang dapat kamu kendalikan, yaitu sikap dan respons mu terhadap kegagalan, daripada terlalu cemas atau berharap pada hasil yang belum pasti. Dengan begitu, kita bisa lebih tenang dalam menghadapi kegagalan, lebih adaptif terhadap situasi yang ada, dan lebih siap menerima apapun hasilnya.




6. Kamu Baik-Baik Saja

"Jangan meratapi ini dan jangan panik." - Marcus Aurelius (Meditations)


Marcus Aurelius menyarankan agar kita tetap tenang saat menghadapi kegagalan. Ketika kamu bisa tetap tenang di tengah kegagalan, memungkinkan kamu untuk tidak terombang-ambing dalam emosi negatif yang bisa menghalangi pikiran jernih mu.



Saat kamu mengalami kegagalan, coba ambil jeda sejenak sampai kamu merasa tenang. Saat kamu tenang, kamu bisa melihat situasi dengan lebih jelas dan bisa merencanakan langkah selanjutnya secara lebih bijaksana. 




Ketika semuanya sudah terjadi, semuanya akan hilang. Filsuf Stoik meyakini bahwa semua yang sudah berlalu akan hilang. Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Artinya kegagalan adalah bagian dari perjalanan hidup yang terus berlanjut. 



Kegagalan adalah bagian alami dari hidup. Pandanglah kegagalan sebagai kesempatan mu untuk belajar, tumbuh, dan menguatkan diri. Dengan mempraktikkan nasihat-nasihat Filsuf Stoik diatas, semoga dapat mengubah cara pandang mu soal kegagalan menjadi sesuatu yang memperkaya pengalaman hidup mu dan kamu dapat menyikapinya dengan lebih tangguh.





Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.