Apa Salahnya Jadi Pendiam?

Januari 04, 2024




Menjadi pribadi yang pendiam, seringkali aku dianggap sebagai sosok yang sombong, cuek, pemalu, dan ngga asik. Aku ngga bisa mengubah pandangan orang lain tentang hal tersebut. Aku menerima bahwa aku ini memang terkesan 'kaku'. 



Tapi kadang, aku heran aja kenapa orang lain memandang sifat pendiam seseorang sebagai sesuatu yang 'aneh' dan 'ga asik'. Padahal, orang yang pendiam itu belum tentu ngga mampu buat membangun percakapan yang menarik. Biasanya, orang pendiam itu cenderung memilih momen percakapan yang sesuai minat mereka atau topik tertentu yang mendalam dan bermakna. Jadi, kesan 'ga asik' itu hanya penilaian yang terlalu dangkal terhadap keunikan si pendiam. 



Menjadi pendiam bukan berarti juga aku selalu terdiam. Aku akan banyak berbicara saat memang situasi mengharuskan aku untuk bicara. Kalau memang tidak ada momen yang mengharuskan aku bicara, ya aku memilih diam. Ketika sedang terlibat dalam suatu perkumpulan misalnya, aku cenderung lebih memilih diam. Sebab, aku tidak ingin mendominasi. Aku lebih nyaman menjadi pihak yang mengamati dan mendengarkan. Diam menjadi bentuk bahwa aku menikmati momen kebersamaan itu. Hanya saja, caraku menikmati momen itu berbeda dengan mereka yang 'cerewet'.



Dulu, aku merasa harus menghilangkan sifat pendiamku karena komentar orang lain yang rasanya mengharuskanku untuk tampil lebih ceria, lebih ekspresif, lebih sering berbicara. Namun, seiring berjalannya waktu, aku menyadari bahwa "tidak apa-apa menjadi pendiam". Semakin aku mengenal diriku, semakin sedikit aku peduli dengan pendapat orang lain. 



Aku merasa nyaman dengan keheninganku. Lebih baik dianggap aneh sebagai pendiam, daripada aku harus berpura-pura menjadi orang yang sebenarnya bukan aku, karena hanya akan menimbulkan kepalsuan. Dan menjadi pribadi yang palsu itu melelahkan.



Aku bisa mewajarkan jika mungkin ada beberapa orang yang masih menganggap orang pendiam itu ga asik dan aneh. Ya, sebenernya, orang bebas mau menilai diriku seperti apa. Mereka tidak sepenuhnya mengenal siapa aku, jadi ya ngga masalah. 



Sebenarnya ada beberapa alasan mengapa aku, dan beberapa orang lainnya, cenderung lebih pendiam. Karena kita menyukai ketenangan dan ngga terlalu nyaman berinteraksi dengan banyak orang terlalu lama. Daripada obrolan ringan, aku lebih suka obrolan yang dalam. Aku juga ngga terlalu pandai basa-basi. Ada juga momen di mana aku kurang tertarik dengan suatu topik obrolan, itulah yang seringkali membuatku memilih diam. 



Bisa dikatakan juga, pada dasarnya aku ini pribadi yang introvert, jadi cenderung diam. Meskipun ngga semua introvert itu pendiam. Aku cenderung lebih fokus ke dalam diri, bukan ke luar diri. Jadi, biasanya aku lebih cenderung sibuk dengan pikiran sendiri saat bersama orang-orang.



Pribadi yang pendiam sering dikaitkan dengan sifat pemalu. Padahal, menjadi pendiam itu belum tentu pemalu, hanya saja kita itu enggan menjadi pusat perhatian, karena itu akan menguras energi. Jika memang benar-benar diperlukan, sebetulnya aku sanggup tampil di depan banyak orang, tanpa ada perasaan malu. Aku juga bukan tidak suka berinteraksi sosial, hanya saja aku tidak bisa melakukannya secara sering. 



Akhirnya, aku sadar dan menerima menjadi pendiam adalah bagian dari keunikan diriku. Aku tak lagi terbebani dengan apa yang orang lain pikirkan tentangku atau berusaha menyesuaikan diri untuk menjadi sosok yang 'bukan aku'. Aku paham bahwa diam ku itu bukan kelemahan, melainkan bentuk kekuatan yang ngga semua orang bisa memahami.  Aku ngga akan merubah pandangan orang tentang aku, tapi aku lebih memilih untuk memeluk diri sendiri sepenuhnya apa adanya.



Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.