Random Talk : Tentang Kerjaan dan Mulai Nulis Lagi
Dokumen Pribadi : Sunset Pantai Kartini, Jepara |
Udah hampir lima bulan sejak terakhir kali aku aktif menulis blog. Rasanya sulit sekali untuk kembali menulis lagi, terutama setelah aku mulai bekerja penuh waktu. Saat itu aku sempat bekerja di sebuah perusahaan konsultan pariwisata yang memiliki jadwal yang sangat padat serta mobilitas tinggi. Bahkan di hari libur, aku seringkali tetap harus bekerja. Pekerjaan ku saat itu, tidak seperti pekerjaan biasa yang hanya berlangsung 8 jam dan pulang.
Aku harus berpindah-pindah tempat dan tinggal bersama tim di berbagai lokasi. Akibatnya, aku tidak memiliki waktu untuk menulis. Aku juga tidak memiliki kesempatan untuk menyendiri, yang membuatku sulit mendapat ide dan kehilangan mood menulis.
Aku harus berpindah-pindah tempat dan tinggal bersama tim di berbagai lokasi. Akibatnya, aku tidak memiliki waktu untuk menulis. Aku juga tidak memiliki kesempatan untuk menyendiri, yang membuatku sulit mendapat ide dan kehilangan mood menulis.
Menjaga fokus pada dua hal sekaligus terasa sangat sulit bagi aku. Energi ku terkuras setelah bekerja, sehingga sulit sekali menemukan semangat untuk menulis.
Posisi aku di perusahaan tersebut saat itu sangat fleksibel. Dalam artian, aku bisa saja mengerjakan hal-hal di luar jobdesk ku. Karena perusahaan tersebut masih dalam tahap pengembangan, jadi karyawan pun masih sedikit. Awalnya aku direkrut sebagai staff desain grafis, tugasku seputar produksi konten sosial media, manajemen sosial media, mendesain untuk media cetak, dan lain-lain. Sesekali aku juga membantu tugas administratif, melakukan social mapping di lapangan, mendokumentasikan kegiatan perusahaan, dan sebagainya.
Di samping itu, sebetulnya tugas utama ku adalah mendampingi direktur sebagai staf medianya untuk mendokumentasikan setiap kegiatannya. Beliau aktif sebagai asesor desa wisata dan sering diundang sebagai pemateri dalam berbagai pelatihan atau acara seputar manajemen desa wisata atau pemandu wisata. Setiap hari, aku mendampingi kemanapun beliau pergi dengan jadwalnya yang super padat. Bahkan, kami (aku, beliau dan tim lainnya) pernah tidur di rest area karena harus mengejar waktu. Jadwalnya yang begitu padat, hingga kami pernah dalam satu periode singkat harus berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan jarak yang cukup jauh, yang membuat waktu sangat terbatas.
Pernah waktu itu, hari ini sampai di Jepara, kemudian turun lapangan, besok paginya pindah agenda ke Demak, malamnya berangkat ke Tegal, sorenya pulang ke kantor pusat di Purbalingga, 2 hari kemudian ke Jepara lagi, stay di sana 2 hari, lusa berikutnya siang ke Wonogiri, stay 2 hari, lusa berikutnya ke Semarang, paginya ke Temanggung, baru pulang lagi ke Purbalingga. Begitu lah kira-kira, waktu habis di Jalan.
Setiap pekerjaan pasti ada resikonya. Dan aku melihat hal itu sebagai resiko bekerja di industri pariwisata. Orang mungkin menganggapnya menyenangkan karena bisa terus bepergian, dan aku dulunya juga berpikiran hal yang sama. Tapi pekerjaan tetap memiliki sisi positif dan negatifnya. Sejujurnya, aku sangat menikmati pekerjaan ku saat itu, mulai dari pembuatan video, pengeditan, desain, sampai membantu tugas administratif. Semua aku suka.
Hanya saja, yang baru aku sadari adalah rutinitas padat dan mobilitas yang tinggi kurang sesuai dengan diriku. Aku juga merasa kurang nyaman karena harus tinggal bersama rekan kerja tanpa memiliki ruang pribadi. Aku tetap membutuhkan waktu jeda sesekali untuk menyendiri. Tapi pekerjaanku tidak memungkinkan hal tersebut. Karena memang jadwal yang super padat.
Ruang sendiri memiliki arti yang sangat penting bagi aku. Bukan berarti aku maunya menyendiri terus. Tapi setidaknya, setelah bekerja aku butuh memulihkan energiku dengan menyendiri. Ketika aku kehilangan waktu untuk menyendiri, aku merasa tidak terhubung lagi dengan diriku sendiri. Aku cenderung menjadi reaktif, sensitif, dipenuhi emosi negatif karena pikiranku tidak jernih. Ketika pikiranku kacau, menulis menjadi hal yang sulit.
Aku biasanya rutin menulis diari. Rutinitas ini yang membuat aku jadi tetap bisa terkoneksi dengan diriku sendiri. Serta membuat diriku menjadi terus terbiasa menulis. Tapi saat itu pun tidak ada keinginan untuk menulis diari.
Mengembalikan semangat menulis setelah absen begitu lama ternyata sangat sulit. Bahkan saat aku sudah tidak bekerja lagi, masih sulit untuk mengembalikan kebiasaan lama tersebut. Entah mengapa. Tapi aku mencoba untuk membiarkannya sesaat. Karena bagi aku, memaksakan diri pun tidak akan membantu, yang ada malah aku jadi semakin tertekan saat menulis.
Di sisi lain, aku berhenti menulis juga disebabkan karena kelebihan informasi mengenai teori-teori content writing, teknik-tekniknya, niche, SEO, dan lain-lain. Saat menulis, aku jadi terlalu memikirkan hal-hal tersebut. Inilah yang akhirnya membuatku tertekan juga saat menulis.
Beberapa minggu lalu, aku mengikuti sertifikasi impactful writing yang memicu aku untuk menulis lagi. Aku merasa terdorong karena sudah membayar kursus dan sertifikasi, sayang jika tidak menulis aku tidak akan mendapat feedback dan sertifikat. Akhirnya, aku mulai menulis lagi, meskipun masih terasa belum nyaman.
Mulai sekarang, aku ingin menulis lagi dengan bebas. Aku tidak ingin terbatas oleh niche atau teknik tertentu. Ya, itu memang hal yang penting, tapi untuk sekarang aku ingin fokus membuat menulis menjadi nyaman dulu. Aku ingin merasakan kepuasan saat menulis tentang apapun yang aku suka, apapun yang ingin aku bagikan, seperti yang dulu aku lakukan. Lagi pula, blog ini punya ku, jadi seharusnya aku bisa menulis tentang apapun yang aku mau. Sembari membiasakan diri, sekarang aku ingin membuat menulis menjadi nyaman dan menyenangkan lagi. Saat ini, aku tidak lagi memiliki tekanan pekerjaan yang menguras energi, jadi perlahan-lahan aku ingin kembali menulis.
Tidak ada komentar: