Ngobrol Tentang Musik
Salah satu hobi yang paling aku sukai adalah mendengarkan musik. Musik udah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam hidupku. Sebab, seringkali, musik membantu merubah suasana hati dan meningkatkan semangat. Baru-baru ini, aku juga menyadari bahwa ternyata musik bisa menjadi jembatan untuk membangun obrolan dan lebih nyambung dengan orang lain.
Ngomongin soal musik, aku sudah mulai mendengarkan musik sejak masih bayi. Serius, ayahku yang sering muterin lagu. Ayah ku punya koleksi kaset yang sangat banyak, tapi hampir semuanya udah rusak karena ulahku, haha. Saat itu, zaman kaset pita, aku suka sekali mengeluarkan pita dari kasetnya dan memainkannya (ceritanya dijadiin mie, buat maninan masak-masakan, wkwk).
Referensi musik ku banyak dipengaruhi oleh Ayah. Dulu, beliau adalah seorang vokalis lokal. Saat aku kecil, beliau sering mengajakku ikut ke studio musik untuk melihat beliau bersama teman-temannya latihan nge-band.
Karena pengaruh Ayah, mayoritas lagu yang aku dengarkan adalah dari band-band atau penyanyi klasik. Mulai dari The Beatles, Queen, Creedence Clearwater Revival (CCR), Eagles, Bob Dylan, ABBA, White Lion, Kansas, MLTR, Elvis Presley, Scorpions, Bryan Adams, Bee Gees, Firehouse, Bon Jovi, Guns N' Roses dan lain-lain. Di Indonesia, aku suka dengerin Koesplus, Ebiet G. Ade, Chrisye, Dewa, dan lain-lain. Akhirnya selera musikku cenderung lebih menyukai lagu-lagu lawas dari pada lagu baru.
Lagu-lagu era sekarang yang sering aku dengerin ada Avril Lavigne, John Mayer, AURORA, Coldplay, Kodaline, Imagine Dragon, Maroon 5. Serta dari musisi lain yang underated, yang masih kurang dikenal banyak orang. Karena itu, jarang banget aku menemukan teman sebaya yang memiliki selera musik yang sama. Saat ngomongin tentang musik bersama mereka, jadi ngga nyambung. Mereka kurang familier dengan lagu-lagu yang aku dengerin, dan sebaliknya, aku juga kurang mengikuti tren musik zaman sekarang yang mereka dengarkan.
Menariknya, karena selera musikku itu 'old' banget, aku jadi bisa nyambung sama orang-orang yang lebih senior, haha. Beberapa kali, aku bekerja dengan kolega yang mayoritas usianya sebaya dengan ayahku. Aku bisa merasa akrab dengan mereka karena memiliki selera musik yang serupa.
Seringkali, kolega yang lebih senior merasa heran padaku. Mereka bertanya-tanya gimana aku bisa mengenal lagu-lagu yang mereka putar di kantor. Karena tanpa sadar, aku sering ikut menyanyikan lagu-lagu tersebut.
Bahkan, pernah suatu kali aku ditanya "Kamu kelahiran tahun berapa si? kok dengerinnya lagu-lagu lawas" wkwkwk. Ketika aku menjawab bahwa aku lahir tahun 1999, mereka semakin terkejut karena aku tau lagu-lagu dari era mereka. Tapi pada akhirnya menjadi masuk akal ketika aku menjelaskan bahwa aku terpengaruh dari Ayahku soal musik.
Itu salah satu sisi positifnya, aku jadi bisa mengakrabkan diri dengan kolega senior karena musik. Aku jadi sadar, ternyata musik bisa membuka peluang untuk mendekatkan diri dengan orang lain. Saat aku menemukan orang lain yang menikmati lagu-lagu atau genre musik yang sama, itu bisa jadi fondasi untuk membangun percakapan dengan mereka.
Ada salah satu pengalaman yang masih membekas. Saat itu aku sedang kerja di luar kota untuk mendampingi atasanku mengisi pelatihan. Ketika waktu santai, aku duduk di gazebo dan ada gitar di sebelahku. Aku memainkannya sebentar untuk mengurangi kebosanan. Tiba-tiba Mr. Abe menghampiri. Beliau adalah rekan kerja atasanku, aku baru mengenal beliau saat itu, tapi beliau terlihat tidak banyak bicara. Mr. Abe menghampiriku ingin meminjam gitar yang sedang aku mainkan. Kemudian, beliau memainkan lagu 'Have You Ever Seen The Rain?' by CCR. Secara spontan aku ikut bersenandung lirih karena aku familier dengan nada nya.
Nah, di situlah momen akhirnya kami mulai berbincang. Beliau terlihat seperti seumuran ayahku. Awalnya, beliau cukup terkejut karena aku tau lagu yang beliau mainkan. Katanya "selera musik kamu bagus", haha. Padahal aku sendiri merasa bahwa selera musikku terlalu tua. Kami memainkan beberapa lagu, bergantian aku yang main gitar, Mr. Abe yang nyanyi, dan sebaliknya. Setelah itu kami jadi banyak ngobrol tentang musik dan hal-hal lainnya tentang pekerjaan. Aku juga banyak mendapat nasihat dari beliau tentang karir. Kami bertemu karena pekerjaan singkat, tapi sampai saat ini kami masih sesekali berkomunikasi via whatsapp.
Dulu, aku juga pernah kenal dengan seseorang yang usianya 5 tahun lebih tua dari aku. Ternyata, kami memiliki selera musik yang sama. Berawal dari ngomongin soal musik, akhirnya kami juga jadi banyak ngobrol tentang hal-hal lainnya yang lebih mendalam. Dari sini, aku mulai menyadari, bahwa ternyata musik itu punya kemampuan unik untuk menjadi jembatan yang dapat menghubungkan aku dengan orang lain. Ketika ada kesamaan dalam selera musik, bukan hanya soal lagu atau artis favorit, tapi lebih dari itu, bisa menjadi pintu masuk untuk membicarakan hal lainnya dan bikin hubungan jadi lebih akrab.
Ketika dua orang menemukan kesamaan dalam lagu atau genre yang mereka sukai, ternyata hal itu bisa menjadi topik percakapan yang membuka ke diskusi tentang hal lain yang lebih jauh. Mulai dari mendiskusikan lirik favorit, cerita dibalik lagu-lagu yang kita dengerin, saling berbagi rekomendasi musik dengan genre yang sama, dan lain-lain. Selanjutnya ini akan membuka peluang untuk membicarakan tentang hal-hal lain yang lebih dalam seperti pengalaman hidup, nilai-nilai, dan lain-lain.
Tidak ada komentar: