Terjebak Mantra 'Aku akan Berubah Besok'
Entah mengapa setiap malam tiba, justru banyak sekali pikiran-pikiran yang mampir. Lagi-lagi pikiran-pikiran ini terus memenuhi kepalaku yang kecil ini. Membuatku sukar untuk menutup mata dan terlelap tidur. Terpaksa aku harus terjaga sampai pagi. Tubuhku tidak bisa berbohong. Di pagi hari aku kelelahan karena energiku terkuras semalaman untuk berpikir.
Akhir-akhir ini aku sering memikirkan betapa bodohnya diriku ketika menyadari bahwa sebagian besar hari-hariku hanya ku habiskan untuk menatap layar ponsel. Penyesalan yang selalu aku ulangi.
Aku mengabaikan banyak sekali daftar pekerjaan yang seharusnya aku selesaikan. Tetapi rasanya media sosial mempunyai magnet besar yang terus menarikku.
Apakah sebetulnya media sosial ini menjadi tempat pelarianku untuk menghindar dari pekerjaan-pekerjaan itu?.
Setiap hari aku menyelami satu postingan demi postingan. Alogaritma menyusupi media sosialku dengan memberiku pasokan konten-konten yang menarik. Sulit sekali untuk ku lewatkan begitu saja. Tanpa aku sadari aku telah terlena. Aku telah 'terjebak' dalam apa yang disebut sebagai kenyamanan. Aku bisa tenggelam di dalamnya selama seharian. Begitulah polanya terus terulang.
Ombak menyeretku ke tepian ketika waktu sudah mulai habis. Aku baru sadar bahwa selama ini aku terjebak dalam pola itu dan melalaikan apa yang seharusnya aku kerjakan. Betapa malangnya pekerjaan-pekerjaan itu telah ku abaikan, bahkan kadang tidak ku selesaikan. Aku mulai merasa cemas, khawatir, gelisah karena telah menghabiskan waktu dengan sia-sia.
"Bagaimana kalau pekerjaan-pekerjaan ini tidak selesai?". Momen itu menyadarkanku bahwa kebiasaan buruk ku berselancar di media sosial tidak baik untuk diteruskan. Kebiasaan itu ternyata berdampak buruk pada kualitas hidupku. Perasaan bersalah pada diri sendiri mulai mengalir ke seluruh tubuh. Seperti biasa, ku ucapkan mantra "aku akan berubah besok".
Namun yang ku dapati adalah bukannya berubah, justru diriku terus terjebak dalam lingkaran itu. Mengingat betapa seringnya aku tetap mengulangi hal yang sama setiap harinya. Orang-orang menyebutnya 'kecanduan'.
Lagi-lagi ku sebutkan mantra "aku akan berubah besok". Apakah mantra yang selalu ku sebutkan itu tidak mujarab?. Atau jangan-jangan aku salah mantra?.
Aku mencoba berbagai cara untuk keluar dari kebiasaan buruk itu. Satu persatu cara mulai aku praktekkan. Beberapa kali memang berhasil. Tapi seringnya tidak bertahan lama. Aku hanya semangat di awal dan seiring berjalannya waktu semangat itu akan surut.
Dan benar saja, aku kembali mengulangi kebiasaan buruk itu.
Aku mulai menyelidiki lebih dalam dengan cermat dan memperhatikan sisi lainnya. Benarkah aku kecanduan media sosial? Benarkah media sosial memberiku pengaruh buruk? Mengapa aku sulit sekali untuk mengubah kebiasaan ini? Bagaimana agar aku benar-benar bisa berubah dan tidak kembali ke kebisaan buruk itu?
Dari penyelidikanku, aku menemukan ternyata aku bukan kecanduan sosial media. Aku kecanduan untuk mengatakan "aku akan berubah besok". Aku terjebak dalam "aku akan berubah besok".
Pada kenyataannya, aku enggan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan itu. Pekerjaan-pekerjaan itu terlalu sulit untuk diselesaikan. Alih-alih menghadapi dan mencari solusi atas kesulitan itu, aku justru mencari alternatif lain untuk menghilangkan stress dengan bermain sosial media sampai terlalu nyaman. Aku sendiri yang menempatkan diriku pada jebakan kenyamanan itu. Dari sana lah aku juga menemukan bahwa aku "kecanduan untuk menghindar dari kesulitan, masalah dan kekacauan" dan "kecanduan menunda pekerjaan".
Ternyata itu lah kenyataan yang terlewatkan. Sekeras apapun selama ini untuk menjauhi kebiasaan buruk bermain sosial media, akhirnya selalu gagal juga. Karena ternyata kebiasaan burukku adalah sering mengatakan akan berubah besok, menghindar dari kesusahan, menunda pekerjaan.
Kontemplasi
Jika hari ini masih ada sisa waktu, mengapa aku harus menunggu besok untuk berubah?. Perubahan drastis dan besar-besaran itu justru akan menyiksaku. Lebih baik aku berbaik hati dengan diriku sendiri, akan ku mulai perubahaan itu dari langkah terkecil dan termudah.
Manusia memang cenderung mudah untuk menghindar dari kesulitan dan masalah. Tetapi menghindar justru tidak akan pernah berhasil untuk mendatangkan ketenangan. Tiap kali aku berusaha untuk menghindari kekacauan yang ada, masalah-masalah itu tetap akan terus mengikutiku kemanapun aku lari dan bersembunyi.
Semakin lama aku menunda pekerjaan, semakin lama juga beban sulit itu ada dipundakku. Pada akhirnya pekerjaan itu juga harus diselesaikan.
Pada akhirnya komitmen dan aksi adalah hal yang paling penting daripada sekedar hanya mengulang menyebut mantra. Memulai dari apa saja yang bisa aku lakukan saat ini. Setidaknya menjadi versi terbaik dari diriku saat ini juga.
Tapi aku juga tidak akan membebani diriku, akan ku mulai dari hal-hal yang paling kecil.
Memulai sesuatu yang baik tidak harus selalu dari hal-hal besar sampai menyiksa diri sendiri. Untuk memulai sesuatu yang baik juga tidak perlu menunggu besok jika hari ini pun masih ada waktu.
Tidak ada komentar: