Keluar dari Zona Nyaman
Tahun ini rasanya waktu berjalan begitu cepat. Ngga kerasa bulan Desember udah memasuki minggu ke-3, artinya tahun 2023 sebentar lagi datang. Aku mengawali bulan ke-12 ini dengan kegiatan volunteer.
Jadi, baru-baru ini aku memutuskan untuk mengikuti kegiatan volunteer, dengan alasan karena aku udah ngga ada kelas lagi. Tinggal skripsi-an aja, jadi banyak waktu yang kosong. Selama ini aku menggunakan waktu kosong itu untuk hal-hal yang kurang produktif a.k.a rebahan. Jadi aku pikir alangkah lebih baik aku mengisi waktuku dengan aktivitas sosial, tetapi tentunya yang tidak menggangu proses pengerjaan skripsi. Mengerjakan skripsi memang membuatku menjadi semakin mengurung diri di kamar kost-an, karena emang aku lebih nyaman ngerjain skripsi di kamar. Maka dari itu, aku merasa aktivitas sosial ku sangat berkurang, jadi aku memutuskan untuk mencari kegiatan yang dimana aku bisa bertemu, berinteraksi dan terhubung lagi dengan orang lain.
Singkat cerita, akhirnya aku gabung di komunitas volunteer yang baru pertama kali di bentuk di Semarang. Sejauh dari yang aku tahu, kegiatan volunteer ini memfokuskan pada penggalangan dana. Aku sempat terkejut, karena dari sekian banyak volunteer yang bergabung ternyata aku mendapat tawaran untuk menjadi head of fundraising department tanpa interview. Bener-bener di luar dugaan, karena sejujurnya di CV ku, ngga ada pengalaman yang berkaitan dengan posisi itu. Agak berat dan ragu untuk memutuskan tawaran tersebut, karena aku merasa tidak mempunyai cukup pengalaman atau skill untuk menempati posisi tersebut.
Di sisi lain, aku pikir ini menjadi kesempatan yang bagus untuk aku meng-eksplor diriku lebih jauh lagi. Selama aku mengikuti beberapa organisasi atau kepanitiaan, aku selalu menempati posisi divisi creative, pubdekdok, atau yang berhubungan dengan desain. Karena aku memang suka dan mempunyai skill desain grafis. Terlebih lagi job desk divisi dekdok itu lebih banyak dikerjakan dibalik layar dan aku memang orang yang lebih nyaman bekerja sendirian.
Dengan menerima tawaran menjadi head of fundraising department ini, berarti aku harus siap keluar dari zona nyaman ku. Aku sadar betul, posisi ini sangat berbeda seratus delapan puluh derajat dari posisi yang biasa aku tempati. Meskipun begitu, aku menyadari juga bahwa aku orang yang suka belajar sesuatu hal yang baru. Jadi tawaran tersebut membuat diriku tertantang untuk mencobanya. Singkat cerita, aku terima tawaran ini dengan yakin. Aku mau menjadikan posisi ini sebagai langkah untuk aku mempelajari skill baru sekaligus meng-upgrade diri.
Mengawali bulan Desember ini , aku memfokuskan diri ku untuk menyiapkan acara welcoming party volunteer yang dilaksanakan 03 Desember 2022 yang lalu. Panitia dari acara ini adalah seluruh anggota volunteer yang masuk ke struktur kepengurusan. Tentunya aku menjadi bagian dari kepanitiaan ini dan aku dipercaya untuk menempati posisi sebagai bendahara acara. Jujurly, lagi-lagi posisi ini bukan aku banget, tapi lagi-lagi aku meyakinkan diri untuk menjadikan ini sebagai kesempatan untuk belajar tanggung jawab baru. Karena aku udah dikasih kepercayaan untuk memegang posisi ini, maka aku akan menjalani dengan sebaik mungkin.
Acara welcoming party ini jadi wadah untuk pertamakali nya seluruh anggota volunteer bertemu. Seru banget, aku jadi punya kesempatan untuk mengenal banyak orang-orang baru dari berbagai background dan dari universitas yang berbeda. Pertemuan pertama ini sangat berkesan buat aku meskipun singkat.
99% dari mereka adalah orang-orang yang baru aku kenal. Tapi ada juga yang ternyata dari satu univ cuma beda jurusan. Meskipun ini pertemuan pertama, tapi mereka sangat menyenangkan, langsung bisa nyambung, dan terasa aura-aura positifnya hehe. Aku ngga bisa banyak mendeskripsikan, intinya mereka semua orangnya seru dan hebat-hebat.
Taraaa, tiba-tiba aku ditawari untuk ngisi materi secara mendadak pas hari H acara. Jujur aku pun ngga terlalu mengusai materinya, tapi ya udah aku memberanikan diri untuk maju meskipun tanpa persiapan yang matang.
Kenapa kok bisa aku yang ditawari?. Karena di awal perekrutan kepengurusan, kebetulan aku dan 2 orang temanku yang menempati posisi sebagai ketua departemen creative dan human resource adalah termasuk orang-orang pertama yang udah dibekali sedikit tentang materi volunteer oleh foundernya. Jadi cuma diantara kami bertiga yang boleh dibilang lebih menguasai materi tersebut. Karena yang satu jadi ketua panitia dan satunya lagi fokus ke job bikin konten jadi tersisa aku lah yang ngga ada jobdesk pas hari H. Lagi-lagi, ngomong didepan banyak orang tuh bukan hal favoritku apalagi ngga ada persiapan. Bukan zona nyamanku juga jadi pusat perhatian. Aku juga ngga punya skill public speaking yang bagus. Akhirnya di momen ini aku jadi sadar, kalau skill public speaking itu memang sepenting itu dan aku jadi mempunyai keinginan untuk mempelajari skill ini nantinya. Pada saat itu yang aku pikirkan, yang penting aku berani maju dulu entah apa yang akan terjadi nanti.
Aku menyampaikan materi apa adanya berdasarkan apa yang aku ketahui. Terus tiba-tiba pas ditengah-tengah aku agak nge-blank dan bingung mau ngomong apa lagi sampai aku lupa menyampaikan poin-poin pentingnya. Aku sadar banyak banget kekurangan dari penyampaikanku dan mungkin sampai membuat temen-temen yang lain juga bingung dengan apa yang aku sampaikan. Untungnya karena kegiatan ini fleksibel, jadi poin-poin penting yang terlewatkan bisa disampaikan di sesi lainnya.
Tidak ada komentar: