Beranjak Dewasa
Photo by Ryan Holloway on Unsplash |
Tumbuh sebagai anak perempuan pertama, dari dulu aku selalu dituntut dan dididik agar menjadi pribadi yang 'dewasa' oleh orang tuaku. Saat itu, aku memandang 'dewasa' berarti harus 'mengalah', harus 'sabar', harus 'kuat', ngga boleh 'mengeluh', harus menjadi 'panutan', harus bersikap 'baik', dan lain sebagainya. Akhirnya, aku jadi berpikir betapa ngga menyenangkannya menjadi dewasa, harus begini begitu.
Menjadi dewasa itu butuh kesiapan dari dalam diri, karena nyatanya menjadi dewasa itu tak semudah yang kita bayangkan. Kalau kata IDGITAF "takut tambah dewasa, takut aku kecewa, takut tak seindah yang ku kira". Dulu bagiku menjadi dewasa itu bukan menakutkan, tapi lebih ke 'menyebalkan' atau ngga enak. Karena semakin bertambah dewasa berarti semakin berat beban dan tanggung jawab yang dipikul.
Photo by Sasha Freemind on Unsplash |
Seiring berjalannya waktu, aku melihat 'kedewasaan' dari sudut pandang yang berbeda. Kalau dulu menjadi dewasa itu terpaksa karena tuntutan dari orang tua, sekarang menjadi dewasa itu adalah sebuah pilihan atas kemauan diri sendiri. Kalau kata Carroll Bryant “Growing old is mandatory but growing up is optional”, "Menua itu pasti, tetapi menjadi dewasa itu adalah pilihan". Kedewasaan menjadi sebuah pilihan, karena kedewasaan itu bukan sesuatu yang mudah dan membutuhkan kesiapan. Kita seringkali mendengar "dewasa itu bukan tentang usia" atau "usia itu tidak mempengaruhi tingkat kedewasaan seseorang".
Memang kenyataannya kedewasaan itu bukan soal usia, tapi soal bagaimana pola pikir, sikap dan perilaku kita. Berawal dari keinginanku untuk terus bertumbuh, berproses, dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik, aku jadi belajar bagaimana menjadi dewasa yang sesungguhnya. Ada banyak banget hal yang berubah dan aku sadari ketika aku beranjak dewasa.
Beranjak dewasa, aku menyadari bahwa sejatinya kedewasaan itu ngga dateng tiba-tiba. Kedewasan itu melewati proses yang panjang dan akan terus menerus berlangsung melalui pengalaman hidup. Aku melihat kedewasaan sebagai sebuah perjalanan hidup yang akan terus berlangsung selamanya. Perjalanan itu ngga selamanya mulus, kadang naik turun. Makin beranjak dewasa, aku merasa bahwa yang terpenting dari perjalanan itu ya dinikmati dan dijalani apa adanya. Tidak lagi menyalahkan keadaan ataupun menuntut agar keadaan terjadi sesuai dengan keinginanku. Aku menyadari bahwa terkadang hidup terasa melelahkan. Semakin beranjak dewasa aku tidak lagi banyak mengeluh, cukup ambil waktu jeda dan istirahat, setelah itu melanjutkan perjalanan lagi.
Photo by Priscilla Du Preez on Unsplash |
Terkadang perjalananku terasa lambat, tapi semakin beranjak dewasa aku sadar bahwa lambat itu juga adalah pergerakan. Jadi aku tidak perlu menuntut diri sendiri untuk bergerak cepat seperti orang lain. Terkadang kalau hidup lagi terasa hampa atau membosankan, aku membiarkan diri ini untuk diam ditempat sejenak. Semakin beranjak dewasa, aku jadi tahu akan ada saatnya ketika aku sudah siap, aku akan bangkit dan melanjutkan perjalanan yang baru. Perjalanan itu terkadang tanpa arah, terkadang aku melakukan kesalahan. Semakin beranjak dewasa, aku sadar bahwa kesalahan itu bukan untuk disesali tapi cukup diambil pelajaran dan maknanya.
Beranjak dewasa, rasanya memenangkan perdebatan itu bukan lagi sesuatu yang penting. Aku belajar untuk lebih menghormati sudut pandang orang lain dan tidak memaksakan sudut pandangku sendiri. Semakin dewasa, rasanya kepuasan bersama itu jauh lebih penting dibandingkan kita menang sendiri. Selalu berusaha mencari jalan tengah di tiap situasi, supaya sama-sama enak. Semakin dewasa, aku belajar untuk terus memahami dan menerima orang lain apa adanya. Aku tahu terkadang aku hanya butuh untuk memaklumi sikap orang lain tanpa perlu menaruh marah atau benci. Belajar untuk memaafkan kesalahan orang lain, karena aku sadar bahwa aku juga manusia biasa yang juga sama-sama pernah berbuat salah.
Semakin beranjak dewasa, aku sadar bahwa komunikasi yang sehat dengan orang lain itu penting. Belajar kapan harus mendengarkan, kapan harus berbicara, dan bagaimana caranya merespon. Semakin dewasa, aku semakin menyadari bahwa gengsi itu hanya akan menghambat komunikasi dan menggangu hubungan. Aku jadi belajar untuk mengutarakan perasaan dengan baik tanpa menyudutkan orang lain. Semakin beranjak dewasa, aku sadar bahwa menuntut orang lain untuk bersikap sesuai dengan apa yang kita mau itu adalah sesuatu yang sia-sia. Tidak semua orang itu bisa memuaskan kita, aku belajar untuk lebih mengerti orang lain.
Photo by Meiying Ng on Unsplash |
Beranjak dewasa, terkadang aku merasa aku harus memikirkan diri sendiri bukan karena aku egois. Karena aku semakin sadar bahwa aku punya tanggung jawab atas tindakan dan sikapku sendiri. Semakin beranjak dewasa, aku belajar untuk mempertimbangkan segala tindakan yang aku ambil. Berusaha untuk mengambil tindakan yang terbaik supaya tidak menyakiti atau mengecewakan orang lain. Semakin beranjak dewasa, aku makin menyadari bahwa tidak perlu untuk menghakimi orang lain atau keadaan. Satu-satunya yang bisa aku ubah ya hanya diriku sendiri. Tidak lagi menyalahkan orang lain atau keadaan.
Semakin beranjak dewasa, aku tidak lagi menuntut segala sesuatu berjalan sempurna. Terkadang aku hanya perlu menerima segala perasaan yang hadir. Perasaan itu hanya datang sementara, akan ada masanya sedih kemudian kembali lagi tersenyum. Terkadang aku juga tidak selamanya kuat, aku hanya perlu untuk menerima diriku yang lemah. Terkadang ngga selamanya sesuatu berhasil sesuai apa yang diharapkan. Tapi aku sadar bahwa kegagalan itu bagian dari kehidupan. Segala pengalaman pahit itu kadang yang membuat kita akan menjadi lebih kuat di masa mendatang.
Pada akhirnya, semakin beranjak dewasa aku hanya ingin terus melanjutkan perjalanan. Akan ku rangkul masa lalu yang membawaku hingga saat ini. Menikmati dan menghargai kehidupan yang ada saat ini dengan sebaik-baiknya. Yakin dengan apapun yang akan terjadi di masa yang akan datang. Menjadi lebih terbuka dengan tiap kesempatan yang ada dalam hidup. Menjadi lebih tenang menghadapi segala sesuatu yang mungkin berjalan di luar rencana. Selalu siap untuk menghadapi setiap episode hidup ke depannya.
Tidak ada komentar: