Berdamai dengan diri sendiri, berproses menjadi lebih baik

Mei 05, 2022



"Kehidupan dan kepribadian kamu lima atau sepuluh tahun ke depan itu bisa dilihat dari apa yang kamu baca, dengar dan lakukan sekarang".     



Dulu aku selalu berpikir "mengapa dunia ngga pernah memihak kepadaku?" atau "kenapa keadaan lebih banyak membuat aku kesal dan ngga bahagia?". Kalau dipikir-pikir sekarang, dulu kehidupanku selalu dipenuhi dengan "mengeluh". Rasanya aku selalu ingin memaksakan semua situasi sesuai dengan apa yang aku mau dan kalau ngga sesuai pasti aku merasa "kecewa". Peristiwa apapun yang ngga sesuai sama aku, pasti selalu membuat aku mengeluh, merasa ngga adil, merasa paling sengsara, meskipun kalau diingat-ingat sekarang sebetulnya itu hal sepele yang ngga perlu dipermasalahkan. 



Lama-lama tuh aku ngerasa capek banget, hidupku selalu dipenuhi emosi negatif, kesenggol dikit juga baper, sensitif sama hal-hal sepele, cenderung labil juga dalam membuat keputusan atau dalam bersikap dan terlalu mengedepankan perasaan. Dititik itulah aku berpikir "mau sampai kapan aku hidup kaya gini?". Sama halnya dengan emosi positif, emosi negatif itu juga nular ke orang lain. Ini kesimpulan yang aku buat berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang aku rasakan,  aku sadar bahwa segala peristiwa negatif (menurut persepsiku) yang terjadi di hidupku, bisa jadi karena diriku sendiri yang selalu membawa energi negatif dalam hidup sehingga menarik energi negatif datang juga. 




Suatu saat aku mendapat nasihat dari Ayah yang sedikit membuka pikiranku "Kak, coba pelajari filosofi atau baca buku self developement supaya kamu ngga kena mental block". Awalnya aku cuma "iya-in" aja dan belum ada kepikiran buat baca buku karena ya aku ngga betah aja baca buku dan aku ngga tahu plus ngga mau cari tahu juga apa itu mental block. Tapi seringkali nasehat itu masih terngiang-ngiang dipikiranku.




Btw, mental block itu suatu kondisi stress yang tak terkendali atau represi pikiran atau ingatan yang menyakitkan atau tidak diinginkan (merdeka.com). Mental block adalah sebuah kondisi di mana otak seolah terhalang untuk mengakses kreativitas, motivasi, atau produktivitas (sageclinic.org). Ciri-ciri mental block tuh biasanya kita jadi ngga bergairah atau kehilangan energi untuk menjalani aktivitas, sensitif dan mudah tersinggung, selalu merasa tegang, emosi meluap-luap berlebihan, merasakan tekanan psikologis (glints.com). Sempet muncul juga di eksplor instagramku, salah satu postingan yang selalu aku inget dan cukup membuka pikiranku, intinya gini "Kehidupan dan kepribadian kamu lima tahun ke depan itu bisa dilihat dari apa yang kamu baca, dengar dan lakukan sekarang". 



Dua momen itu yang akhirnya menyadarkan aku, kalau aku ngga bisa terus-terusan hidup seperti ini. Dengan tekad yang kuat "aku ingin berubah menjadi lebih baik". Ini bukan semata-mata hanya untuk diriku sendiri tapi untuk orang-orang disekitarku juga.  Kalau di inget-inget lagi, dulu tuh aku suka marah ngga jelas atau ngeluh-ngeluh ke orang lain dan berharap orang lain harus selalu ngertiin aku dan itu tuh sesuatu yang sebenernya nyebelin banget buat orang lain (kayanya sih, eh ya iya lah udah pasti nyebelin). Jadi aku sempet mikir juga, aku ngga bisa terus-terusan memelihara sikapku yang kurang baik, karena itu bisa jadi bikin orang lain ngga nyaman sama kita bahkan aku kadang mikir juga  sikapku ini toxic buat orang lain. 



Aku baru sadar sekarang kalau kegagalan aku dalam percintaan, pertemanan atau hal lainnya tuh banyak juga disebabkan oleh diriku sendiri. Bukannya sedang menyalahkan diri sendiri, tapi aku sadar kalau memang yang seharusnya diperbaiki terlebih dahulu adalah "diri sendiri". Seperti yang tadi aku bilang, energi positif yang kita tebar akan menular juga ke orang-orang disekitar kita bahkan hingga peristiwa yang terjadi dalam hidup.



Keinginanku untuk berubah memang kuat, tapi yang jadi permasalahan selanjutnya adalah "aku harus mulai dari mana?". Karena aku ngerasa banyak banget yang perlu diperbaiki dari diriku. Akhirnya justru aku stuck, ngga ngelakuin apa-apa karena bingung aja gitu harus ngapain dulu. Mau cari petunjuk pun bingung, ngga ada orang yang bisa mengarahkan aku. Sering terjadi naik turun, kadang udah ubah kebiasaan buruk jadi baik tapi cuma sesaat, setelah itu balik lagi ke kebiasaan lama. Udaha usaha buat selalu berpikir positif, kesenggol orang lain langsung emosi negatifnya mucul lagi. Udah semangat mau melakukan hal positif, kadang ada gangguan eksternal yang ngga terduga jadi bikin aku ngeluh lagi. Semua usahaku untuk berubah lebih sering mengalami kegagalan di tengah jalan. Rata-rata dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan aku sulit untuk mengendalikan diri dari gangguan tersebut. 



Setelah kesekian kalinya trial and error, akhirnya aku mulai menemukan akar permasalahannya yaitu aku masih "belum berdamai dengan diri sendiri". Berbagai peristiwa, masalah, situasi selalu datang silih berganti dalam hidup ini. Seringkali hal-hal tersebut ngga sesuai sama harapanku, aku sering merasa kecewa bahkan menyesal. Pengalaman atau peristiwa menyedihkan dan menyakitkan di masa lalu seringkali masih dibiarkan membelenggu diri sehingga menghambat aku untuk berproses menjadi lebih baik. Semua hal tadi seringkali mempengaruhi kondisi diri sendiri, meningkatkan stress, tertekan, cemas dan ngga bahagia. 



Berdamai dengan diri sendiri itu suatu proses yang ngga mudah. Berdamai dengan diri sendiri artinya kita dapat mengakui segala perasaan dan penerimaan akan segala kondisi yang terjadi di masa lalu maupun saat ini (kenyataan). Berdamai dengan diri sendiri berarti kita menerima diri kita sepenuhnya baik kelebihan maupaun kelemahan dan menerima segala kesalahan yang pernah kita lakukan. 



Dalam hidup, ada hal-hal yang berada dibawah kendali kita dan diluar kendali kita. Aku belajar banyak tentang konsep ini dari buku Filosofi Teras karya Om Piring. Buku tersebut membahas tentang stoikisme yang sangat membuka pikiranku terutama soal berdamai dengan diri sendiri dan bagaimana mengelola emosi negatif. Kalau menurut stoikisme, biasanya emosi negatif itu sering dipengaruhi oleh hal-hal eksternal yang seringkali menjadi perhatian kita. Padahal seharusnya kita bisa lebih memfokuskan pada hal-hal yang ada dibawah kendali (internal) kita. Hal-hal yang ada dibawah kendali kita diantaranya opini, persepsi, pertimbangan, keingkinan dan tujuan kita maupun segala sesuatu yang berasal dari pikiran dan tindakan kita sendiri. 



Menurut aku penting banget untuk kita bisa menyadari apakah peristiwa itu termasuk dalam hal yang ada di bawah kendali atau di luar kendali kita supaya kita ngga terjebak pada hal-hal luar yang menyebabkan kita cemas, depresi, frustasi, ngga bahagia sehingga kita jadi sulit untuk berdamai dengan diri sendiri. 



"Kita tidak bisa memilih situsi kita, tetapi kita selalu bisa menentukan sikap (attitude) kita atas situasi yang sedang dialami". - Victor Frankl.



Selama kita masih belum bisa berdamai dengan diri sendiri, kita akan sulit untuk mencintai diri sendiri, menghargai diri sendiri, memahami diri sendiri. Akibatnya kita seringkali merasa kecewa, kesal, bingung, frustasi, marah, pokoknya segala macam emosi negatif selalu melekat dalam menjalani hidup. Tentunya itu akan sangat mempengaruhi bagaimana kesehatan fisik dan mental kita. Kita juga jadi terhambat dalam berproses menjadi lebih baik. Oleh karena itu, penting sekali untuk kita berdamai baik itu dengan masa lalu, peristiwa menyakitkan, megakui perasaan yang kita rasakan dan megelola emosi. Terimalah apapun perasaan yang kita rasakan, jangan berusaha menyangkal karena akan memperburuk keadaan. Cobalah beri diri kita sendiri waktu dan ruang untuk merasakan segala emosi dan batasan kapan kita harus selesai agar tidak berlarut-larut hidup dalam emosi negatif. 



Dikutip dari voi.id, menurut Dr. Jiemi Ardian, berdamai dengan diri sendiri merupakan sebuah proses dalam kehidupan. Setiap manusia memiliki tugas untuk bertumbuh bukan manjadi sempurna. "Tidak ada hal yang pasti di masa depan dan tidak ada yang baru di masa lalu". Cukup nikmati segala momen yang terjadi saat ini. 



Hidup ini tentang pilihan, apakah kita mau terus-terusan hidup dibayang-bayangi masa lalu? atau kita mau menikmati hidup yang ada sekarang?. Berawal dari "berdamai dengan diri sendiri", aku berusaha untuk terus tumbuh dan belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Tentunya proses ini ngga mudah dan akan terus terjadi sepanjang kita hidup. Jadi, jangan bingung harus mulai dari mana coba berdamailah dengan diri sendiri, mulai dari diri kita sendiri aja dulu. Seiring berjalannya waktu kita akan terus berproses menjadi lebih baik. Aku yakin banget, ketika kita merubah diri sendiri menjadi lebih baik, keadaan dan lingkungan akan mengikuti.




Pertanyaan tentang harus mulai dari mana? yang terpenting menurut aku adalah kita harus bisa menyaring segala hal dalam hidup. Kalau kiranya sesuatu itu tidak membawa dampak positif untuk diri kita, maka dengan tegas tinggalkan. Seperti quotes yang aku cantumkan paling atas, apa yang kita baca, dengar dan lakukan sekarang akan mempengaruhi hidup kita di masa depan. Mulailah untuk melakukan kebiasaan baik yang bisa meng-upgrade diri kita menjadi lebih baik. Ngga usah terlalu memaksakan diri, lakuin aja pelan-pelan supaya diri kita ngga tertekan. 


   

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.